FT UNP. Universitas Negeri Padang (UNP) hari ini mengukuhkan empat orang Guru Besar baru (17/3) bertempat di Gedung Auditorium UNP. Para Guru Besar tersebut yang pertama dari Fakultas Ilmu Keolahragaan yaitu Prof. Dr. Anton Komaini, S.Si., M.Pd pada bidang ilmu Belajar Motorik, Guru Besar berikutnya dari Fakultas Ilmu Pendidikan yaitu Prof. Ifdil, S.HI., S.Pd., M.Pd., Ph.D., Kons pada bidang ilmu Konseling Trauma dan Prof. Dr. Risda Amini, MP pada bidang Pendidikan IPA PAUD, serta dari Fakultas Ilmu Sosial yaitu Prof. Dr. Maria Montessori, M.Ed., M.Si pada bidang Strategi Pembelajaran PKN. Dalam pembukaan, Ketua Senat Akademik Universitas Negeri Padang, Prof. Dr. Sufyarma M, M.Pd mengucapkan selamat kepada keempat Guru Besar yang dikukuhkan hari ini. “Mudah-mudahan ilmu yang dikembangkan selama ini dapat membawa manfaat bagi masyarakat akademik, bangsa dan negara” harapan Prof. Sufyarma.
Prof. Anton Komaini dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Kompleksitas Gerak Manusia dan Permasalahannya” menjelaskan bahwa gerak merupakan unsur pokok kehidupan manusia. Tanpa gerak, manusia menjadi kurang sempurna dan dapat menyebabkan kelainan dalam tubuh maupun organ-organnya. Gerak merupakan sesuatu yang sangat vital dan mempunyai nilai yang sangat strategis bagi manusia dalam kehidupannya, Tanpa gerak, manusia menjadi lemah dan mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap lingkungannya. Masa lima tahun pertama merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan, maka dari itu disebut juga “Golden Period”, “Window of Opportunity”, dan “Critical Period”.
“Perkembangan gerak adalah suatu perubahan dalam perilaku gerak yang memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Gerak yang dilakukan manusia, terlihat sangat sederhana, namun bila kita cermati mengapa manusia bergerak, apa yang ingin dicapai oleh manusia melalui geraknya, apa motivasi dan motif yang melatarbelakangi gerak manusia dan bagaimana proses gerak tersebut terjadi, maka kita mulai mengarungi satu areal yang penuh dengan abstrak, laten dan kompleksitas. Hal ini dapat dipahami karena pada dasarnya manusia adalah makhluk Bio-Psiko-Socio-Kultural”, papar Prof. Anton.
Orasi ilmiah berikutnya disampaikan oleh Prof. Ifdil dengan judul Ifdil Perceptual Light Technique (IPLT) Untuk Reduksi Trauma, Phobia dan Masalah Psikologis Yang Relevan. Prof. Ifdil menjelaskan bahwa perkembangan zaman dewasa ini membawa berbagai perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Seiring dengan hal tersebut juga meningkatkan permasalahan secara fluktuatif yang dialami oleh manusia, salah satunya berkenaan dengan masalah kesehatan mental dan kondisi psikologis lainnya. Kesehatan mental menjadi aspek penting yang mulai disadari oleh masyarakat. Kebutuhan akan kesehatan mental menjadi urgensi untuk dipenuhi karena berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan hidup individu. Saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan masalah kesehatan mental sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan psikologis. Hal ini menjadi gambaran bahwa kondisi psikologis masyarakat menjadi sesuatu yang perlu mendapat perhatian berbagai pihak. Meningkatnya prevalensi orang dengan masalah kesehatan mental, membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasinya.
“Menjawab tantangan tersebut maka dikembangkanlah inovasi dengan menawarkan Ifdil Perceptual Light Technique (IPLT) untuk mereduksi phobia, trauma, dan masalah psikologis yang relevan. IPLT ini dikembangkan semenjak tahun 2016 dengan memanfaatkan pengubahan spektrum warna. Penelitian IPLT dan workhosp IPLT telah dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia hingga tahun ini. IPLT juga sebagai Readiness Treatment dimana teknik ini dipersiapkan untuk dapat digunakan secara luas dalam menangani gangguan psikologis yang dialami oleh masyarakat. Harapannya dengan adanya inovasi Ifdil Perceptual Light Technique ini dapat membantu praktisi psikologis dalam pelayanan bimbingan dan konseling baik di dunia pendidikan dan masyarakat secara luas. Inovasi ini juga siap untuk disebarluaskan dalam rangka menunjang kesehatan psikologis masyarakat yang lebih baik di masa mendatang”, jelas Prof. Ifdil.
Orasi Ilmiah ketiga disampaikan oleh Prof. Maria dengan judul “Alternatif Strategi Untuk Pendidikan Nilai Bagi Generasi Milenial”. Dalam presentasinya, Prof. Maria menjelaskan bahwa pendidikan sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia juga dituntut untuk meresponya, karena pendidikanlah yang bertugas dalam menyiapkan generasi muda untuk mampu menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntutan zaman. Merujuk kepada pendapat Darshan Vyas (2022) paling tidak ada 10 digital skills yang dituntut untuk dikembangkan pada peserta didik melalui Pendidikan yaitu: 1) Complex Problem Solving, 2) Critical Thinking, 3) Creativity, 4) People Management, 5) Coordinating with Others 6) Emotional Intelligence, 7) Judgment & Decision Making, 8) Service Orientation, 9) Negotiation, dan 10) Cognitive Flexibility.
“Hal ini menunjukan bahwa Pendidikan menghadapi tantangan yang luar biasa. Agar dapat memenuhi tuntutan tersebut maka berbagai langkah telah dan sedang dilakukan seperti, menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan, menyediakan sarana dan prasarana dan menyiapkan sumber daya manusia yang kompatibel untuk mengemban tugas dan tanggung jawabnya. Berbagai langkah telah diambil pemerintah dalam mereformasi pendidikan seperti menerapkan kurikulum merdeka, melaksanakan program PPG dan menyediakan infra struktur pendukung. Akibatnya telah terjadi berbagai perubahan dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia meskipun belum sebagaimana dikehendaki”, papar Prof. Maria.
Orasi ilmiah yang terakhir disampaikan oleh Prof. Risda dengan judul Penguatan Keterampilan Abad 21 Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran IPA Berbasis RADEC Berbantuan Mind Map. Prof. Risda menjelaskan bahwa kesulitan guru dalam melaksanakan model pembelajaran yang inovatif berdampak pada rendahnya kompetensi peserta didik, yang meliputi; keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan memecahkan masalah, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Keterampilan berpikir kritis merupakan aspek penting dalam menyelesaikan masalah. Jika keterampilan berpikir kritis tidak dilatih terus-menerus dalam kegiatan pembelajaran dapat dipastikan peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif yang dimulai sejak awal akan membentuk kebiasaan cara berpikir peserta didik yang sangat bermanfaat bagi mereka pada masa mendatang.
“Untuk mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran inovatif diperlukan solusi dengan mengembangkan model pembelajaran yang mudah dilaksanakan oleh guru. Model pembelajaran tersebut adalah model RADEC yang dikembangkan oleh Sopandi (2017). Model pembelajaran RADEC memiliki sintaks sesuai dengan urutan dari singkatan RADEC yaitu: Read, Answer, Discuss, Explain, Create. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model RADEC dapat meningkatkan kualitas pembelajaran untuk penguatan keterampilan abad 21 bagi peserta didik. Keberhasilan implementasi model pembelajaran ini masih dalam lingkup terbatas, masih diperlukan pengujian dalam lingkup yang lebih luas dan dalam berbagai tingkatan pendidikan” Jelas Prof. Risda.
Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D dalam sambutannya menyampaikan rasa bahagia dan apresiasi atas pencapaian akademik keempat Guru Besar. Rektor juga mengucapkan selamat kepada para Guru Besar UNP serta keluarga karena telah mencapai karir akademik tertinggi. “Kita berharap agar seluruh Guru Besar kita dapat terus mengharumkan nama UNP, dan dapat berkontribusi nyata dalam kemajuan bangsa Indonesia. Seorang Guru Besar akan selalu menjadi panutan dan dicontoh oleh para kolega dan mahasiswanya, dan ilmuwan sangat berperan dalam kemajuan dunia. Acara pengukuhan ini bukanlah sekedar acara formalitas, namun juga memberikan kontribusi terhadap pencapaian World Class University dan sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.” (Titis/Humas UNP)